Pendidikan sebagai Ilmu Pengetahuan: Menyongsong Harapan di Tengah Bencana
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan suatu bangsa. Ia tidak hanya berperan dalam membentuk individu yang cerdas, tetapi juga memiliki fungsi vital dalam membangun masyarakat yang kuat dan berdaya saing. Namun, pendidikan tidak selalu berjalan mulus. Terkadang, alam dan situasi tak terduga, seperti pandemi atau bencana alam, menghadirkan tantangan besar yang harus dihadapi. Inilah yang terjadi di SMPN 3 Ile Ape Timur Satap Hamahena, sebuah sekolah yang terletak di daerah pedalaman Nusa Tenggara Timur, yang harus menghadapi serangkaian ujian berat akibat pandemi COVID-19 dan bencana alam yang melanda wilayahnya. Di tengah tantangan besar ini, pendidikan tetap berjalan, dan itu semua berkat ketangguhan, semangat, dan inovasi.
Sebelum bencana datang, SMPN 3 Ile Ape Timur Satap Hamahena sudah menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi dengan menggunakan teknologi sederhana, yakni Handy Talky (HT) atau portofon berbasis gelombang radio. Sebagai sekolah yang terletak di daerah terpencil, hal ini menjadi solusi yang memungkinkan proses belajar-mengajar tetap berlangsung meskipun terbatas oleh jarak dan akses. Para peserta didik yang tersebar di berbagai desa dapat mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan melalui HT, kemudian mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Ini menunjukkan bagaimana pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dapat terus berlanjut, meskipun teknologi yang digunakan sangat terbatas.
Namun, pada tanggal 4 April 2021, Badai Seroja datang mengguncang. Banjir bandang dan tanah longsor merusak infrastruktur dan menghancurkan kehidupan banyak warga. SMPN 3 Ile Ape Timur Satap Hamahena tidak luput dari dampaknya. Proses pembelajaran sempat terhenti, dan lebih dari itu, bencana ini meninggalkan trauma yang mendalam bagi siswa-siswi yang merasakannya. Kehidupan yang dulu mereka kenal berubah seketika, begitu juga dengan proses belajar-mengajar yang sempat terhenti.
Di tengah kesulitan yang begitu besar, di mana banyak siswa kehilangan rumah dan tempat tinggal, serta merasakan dampak psikologis yang berat, SMPN 3 Ile Ape Timur Satap Hamahena kembali menunjukkan semangat luar biasa untuk tidak menyerah. Pihak sekolah segera menyusun langkah-langkah konkret untuk menghidupkan kembali proses pembelajaran. Dengan segala keterbatasan yang ada, tim kurikulum segera merancang ulang strategi pembelajaran yang dapat diterapkan, mengingat kondisi psikologis siswa yang masih terguncang oleh bencana alam tersebut. Pendidikan, sebagai ilmu pengetahuan, tidak hanya terbatas pada pengajaran teori dan materi pelajaran. Ia juga harus mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi yang ada. Di SMPN 3 Ile Ape Timur Satap Hamahena, meskipun bencana menyebabkan penghentian pembelajaran tatap muka, langkah selanjutnya adalah beralih ke pembelajaran daring. Tentu, hal ini membawa tantangan baru, yaitu keterbatasan akses internet. Sebagian besar peserta didik yang tinggal di Desa Ebak dan Atawatung harus berjuang keras untuk mendapatkan jaringan internet. Mereka harus mencari cara-cara kreatif untuk tetap dapat terhubung, meskipun terkadang harus menempuh jarak jauh hanya untuk memperoleh sinyal.
Meskipun banyak tantangan yang dihadapi, semangat untuk terus maju tidak padam. Para guru di SMPN 3 Ile Ape Timur Satap Hamahena tetap berusaha maksimal dalam memberikan materi melalui platform seperti WhatsApp Group dan Zoom Meeting. Mereka tahu bahwa pembelajaran bukan hanya tentang menyampaikan materi, tetapi juga tentang memberikan dukungan dan harapan kepada siswa yang sedang dalam kesulitan. Ini adalah salah satu contoh bagaimana ilmu pengetahuan dalam pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk memperoleh informasi, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat semangat juang dan ketahanan mental peserta didik. Namun, meskipun pembelajaran daring sudah dijalankan, tidak semua siswa dapat mengaksesnya secara optimal. Jaringan yang buruk membuat beberapa peserta didik terpaksa menggunakan alternatif lain, seperti Google Form, untuk mengikuti ujian atau mengumpulkan tugas. Hal ini tentu bukan pilihan ideal, tetapi di tengah keterbatasan yang ada, alternatif ini menjadi solusi yang memungkinkan proses pembelajaran tetap berjalan. Pendidikan, dalam hal ini, berperan tidak hanya untuk memberikan pengetahuan, tetapi juga untuk melatih kreativitas dalam menghadapi kendala dan beradaptasi dengan kondisi yang ada.
Sebagai bagian dari proses evaluasi, SMPN 3 Ile Ape Timur Satap Hamahena tetap mempertahankan metode penilaian dengan menggunakan Computer Based Test (CBT), meskipun beberapa siswa yang tidak dapat mengaksesnya terpaksa harus menggunakan metode lain. Ini menunjukkan bahwa pendidikan sebagai ilmu pengetahuan tidak hanya mengajarkan siswa tentang teori atau pengetahuan semata, tetapi juga mengajarkan mereka tentang bagaimana menghadapi kesulitan, beradaptasi dengan perubahan, dan tetap berusaha di tengah tantangan.
Kisah dari SMPN 3 Ile Ape Timur Satap Hamahena ini adalah gambaran nyata bagaimana pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dapat bertahan dan beradaptasi di tengah bencana. Ia menunjukkan bahwa meskipun ada banyak tantangan dan keterbatasan, semangat untuk belajar dan mengajar tetap tak boleh padam. Pendidikan bukan hanya soal menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga tentang memberikan dukungan, membangun ketangguhan, dan menjaga harapan di tengah kesulitan.
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan seharusnya bukan hanya tentang menjawab soal-soal ujian atau mendapatkan nilai tinggi. Lebih dari itu, pendidikan adalah tentang membentuk karakter, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan semangat juang yang tak kenal lelah. Di SMPN 3 Ile Ape Timur Satap Hamahena, meskipun terhadang banyak hambatan, pendidikan tetap menjadi pelita yang menyinari jalan siswa-siswi mereka untuk menuju masa depan yang lebih baik. Kisah ini mengajarkan kita bahwa pendidikan harus tetap berjalan, meskipun segala tantangan datang menghadang. Karena di balik setiap kesulitan, selalu ada harapan yang dapat dicapai melalui ilmu pengetahuan.
Penulis adalah seorang mahasiswa S2 Program studi Pendidikan Matematika by Research Gasing Universitas Pendidikan Indonesia
0 Response to "Pendidikan sebagai Ilmu Pengetahuan: Menyongsong Harapan di Tengah Bencana"
Post a Comment